Puasa Rame-Rame, Lebaran Juga Rame-Rame

Keindahan ibadah itu justru karena ia dilakuakn secara berjama’ah, semakin banyak jama’ahnya semakin semangat ibadah. Apa lag untuk  urusan puasa dan lebaran.

Coba saja rasakan ‘tidak enaknya’ puasa sunnah sendirian disa’at teman-teman kantor kita semuanya berbuka (tidak berpuasa red), kerasa benar laper hausnya. Pun begitu sebaliknya, yang penulis perhatikan dari sebagian perilaku Ibu-Ibu yang ‘tidak bisa’ berpuasa  daam bulan Ramadhan justru mereka sekan ikut puasa, karena mereka juga tidak makan, kalaupun makan tapi tidak seenak makan bersama-sama. Mereka tidak puasa tapi seakan puasa. Aneh juga ya? Tapi begitulah kenyataannya.

Makanya “ramre-rame” itu dianjurkan, jika mau puasa sunnah misalnya, maka semua orang yang berada dalam satu rumah itu juga diajak puasa, berkah Insya Allah.

Perhatikan hadits berikut:
الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُوْمُوْنَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ وَاْلأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّوْنَ
Hari puasa adalah hari dimana semua kalian berpuasa. Hari berbuka adalah hari dimana semua kalian berbuka (maksudnya berlebaran). Dan hari Adha adalah hari dimana semua kalian beridul-Adha. (HR. At-Tirmizy)

Hadits ini memberikan penjelasan kepada kita bahwa perilaku melawan arus orang banyak itu bukan sesuatu yang terpuji, terkhusus untuk masalah puasa dan lebaran.  Jadi tidak boleh puasa sendirian disa’at masyarakat lainnya belum berpuasa, pun begitu sebaliknya jangn berlebaran sendirian disa’at yag lain belum lebaran.

Namun ada hal menarik dinegri kita ini, justru perbedaan itu yang dicari dan dikejer, sehingga ‘mungkin’ ada rasa kebahagiaan dan bangga di dalam hatinya jika berbeda dengan mayarakat pada umumnya. Ya, walaupun sah-sah saja berbeda, namun dalam beberapa hal ada baiknya kita bersama.

Ramadhan kemarin penulis ‘muter-muter’ di daerah Padang Sumatera Barat sana, sebelum akhirnya penulis menyebrang ke kepulauan Mentawai dan menghabiskan hari-hari puasa disana dalam agenda Safari Ramadhan. Yang penulis perhatikan justru ada banyak kelompok-kelompok kecil yang memulai puasa sendirian dan berlebaranpun sendirian, tanpa melihat ke kanan dan ke kiri bahwa ada banyak orang yang lebih dari 200 juta ini belum melakukannya.

“Hari puasa adalah hari dimana semua kalian berpuasa”, maksudnya adalah disa’at mayoritas ummat ini melakukannya. Ini pesan Rosul SAW, lho. Dan begitu pula “Hari berbuka adalah hari dimana semua kalian berbuka (maksudnya berlebaran)” berlebaran itu disa’at mayoritas ummat ini berlebaran.

Jadi tugas kita selaku masyarakat ini sifatnya hanya menunggu saja, menunggu kapan kita menyepakati puasa itu dimulai, dan menuggu kapan lebaran itu kita masuki.

Pemerintah itu wakil rakyat

Kita punya pemerintah, yang memimpin rumah besar kita Indonesia ini, biarkan mereka yang bekerja berjibaku dengan segala macemnya terkait dengan penentuan awal dan akhir puasa, kita rakyatnya ini hanya menunggu saja. Jika diputusan, mari rame-rame puasa. Dan Jika lebaran juga sudah dipustuskan, mari rame-rame kita erlebaran. Ini lebih selamat, dan ini lebih hebat ketimbang berinisiatif sendiri dalam menentukan puasa dan lebaran ini.

Maka mari semua kita hendaknya mendukung ini semua, seluruh ormas-ormas Islam yang ada hendaknya juga berjalan menuju satu titik. Silahkan saja bagi mereka yang sudah punya keilmuannya untuk mendebatkan ini semua dalam taratan keilmuan mereka, namun tetap saja persatuan dan kesatuan itu yang harus didahulukan sebelum segala sesuatu.

Kita sudah capek dan penat memilih mereka, kenapa tidak kita ambil manfa’atnya?

Wallahu A’lam Bisshowab

Saiyid Mahadhir
“Puasa Dengan Ilmu”
Twitter: @SaiyidMahadhir

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Junub Di Pagi Ramadhan, Apakah Sah Puasanya?

Hadits-Hadits Bermasalah Seputar Ramadhan. (Bag. 1)

Peristiwa-Peristiwa Penting Yang Terjadi Di Bulan Ramadhan