Hadits-Hadits Bermasalah Seputar Ramadhan. (Bag. 3)


Hadits yang menyebutkan bahwa Ramadhan itu Awalnya Rahmat tengahnya adalah maghfirah (ampunan) dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka, adalah hadits yang amat populer. Terlebih menjelang dan selama berada di dalam bulan Ramadhan.
Dengan hadits itu, para penceramah banyak mengajak orang-orang agar memanfaatkan bulan Ramadhan untuk khusyu’ beribadah, agar mendapatkan tiga hal tersebut. Yaitu rahmah dari Allah, ampunan-Nya serta pembebasan dari neraka.
Sebenarnya hadits ini diriwayatkan tidak hanya lewat satu jalur saja, namun ada dua jalur. Sayangnya, menurut beliau, kedua jalur itu tetap saja bermasalah.
Salah satu jalur periwayatan haditsi ini versinya demikian:
أَوَّلُهُ رَحْمَة وَ أَوْسَطُهُ مَغْفِرَة وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ
Bulan Ramadhan, awalnya rahmah, tengah-tengahnya maghfirah dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.

1. Titik Masalah

Hadits ini diriwayatkan oleh Al-’Uqaili dalam kitab khusus tentang hadits dha’if yang berjudul Adh-Dhu’afa’. Juga diriwayatkan oleh Al-Khatib Al-Baghdadi dalam kitabnya Tarikhu Baghdad. Serta diriwayatkan juga oleh Ibnu Adiy, Ad-Dailami, dan Ibnu Asakir.
Sementara sanadnya adalah:
1. Sallam bin Sawwar 2. dari Maslamah bin Shalt 3. dari Az-Zuhri 4. dari Abu Salamah 5. dari Abu Hurairah 6. dari nabi SAW
Dari rangkaian para perawi di atas, perawi yang pertama dan kedua bermasalah, yaitu Sallam bin Sawwar dan Maslamah bin Shalt.
Sallam bin Sawwar disebut oleh Ibnu Ady, seorang kritikus hadits, sebagai munkarul hadits. Sedangkan oleh Imam Ibnu Hibban, dikatakan bahwa haditsnya tidak bisa dijadikan hujjah (pegangan), kecuali bila ada rawi lain yang meriwayatkan haditsnya. Perkataan Ibnu Hibban ini bisa kita periksa dalam kitab Al-Majruhin.
Sedangkan Maslamah bin Shalt adalah seorang yang matruk, sebagaimana komentar Abu Hatim. Secara etimologis, matruk berarti ditinggalkan. Sedangkan menurut terminologi hadits, hadits matruk adalah hadits yangdalam sanadnya ada rawi yang pendusta. Dan hadits matruk adalah ‘adik’ dari hadits maudhu’ (palsu).
Bedanya, kalau hadits maudhu’ itu perawinya adalah seorang pendusta, sedangkan hadits matruk itu perawinya sehari-hari sering berdusta. Kira-kira hadits matruk itu boleh dibilang semi maudhu’.
Kesimpulannnya, hadits ini punya dua gelar. Pertama, gelarnya adalah hadits munkar karena adanya Sallam bin Sawwar. Gelar kedua adalah hadits matruk karena adanya Maslamah bin Shalt.

2. Mereka Yang Mendhaifkan

Adapun para muhaddits yang mempermasalahkan riwayat ini antara lain:

a. Imam As-Suyuthi

Beliau mengatakan bahwa hadits ini dhaif (lemah periwayatannya).

b. Syeikh Al-Albani

Beliau mengatakan bahwa riwayat ini statusnya munkar. Jadi sebenarnya antara keduanya tidak terjadi pertentangan. Hadits munkar sebenarnya termasuk ke dalam jajaran hadits dhaif juga. Sebagai hadits munkar, dia menempati urutan ketiga setelah hadits matruk (semi palsu) dan maudhu’ (palsu).

3. Kesimpulan

Ramadhan itu adalah bulan rahmat, maghfirah dan itqun minannar. Pernyataan ini benar dan tidak perlu diubah-ubah.
Tentu tidak salah kalau kita beranggapan bahwa Ramadhan itu merupakan rahmat, ampunan dan penjagaan dari api neraka, sebab ada banyak dalil lain yang menyatakannya.
Yang dikritik disini bukan esensinya, melainkan sanad haditsnya saja. 

wallahu A'lam
Ahmad Sarwat, Lc.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Junub Di Pagi Ramadhan, Apakah Sah Puasanya?

Hadits-Hadits Bermasalah Seputar Ramadhan. (Bag. 1)

Peristiwa-Peristiwa Penting Yang Terjadi Di Bulan Ramadhan